Monday, January 12, 2009

Tahun Baru: Harga BBM Turun Lagi

Anas Urbaningrum (Dikirim dari www.BungAnas.com)

Pemerintahan Presiden SBY punya cara tersendiri untuk menyambut tahun baru 2009. Bukan dengan pesta. Bukan pula dengan bermuram-durja karena pengaruh krisis global. Cara yang saya maksud adalah dengan membuat kebijakan, atau persisnya melanjutkan kebijakan untuk menurunkan harga BBM. Untuk kali ketiga, harga BBM, premium, diturunkan ke angka Rp. 4500,- dan berlaku efektif per-Januari 2009. Saya berpandangan :

1. Mendukung sepenuhnya kebijakan Pemerintah dan Presiden SBY yang untuk ketiga kalinya telah menurunkan harga BBM. Kebijakan ini bukan saja patut diapresisasi, tetapi juga sekaligus menjadi bukti nyata bahwa Pemerintah responsif terhadap perkembangan keadaan, dan khususnya kepekaan terhadap kepentingan rakyat.

2. Penurunan harga BBM layak dipahami sebagai bagian dari upaya Pemerintah untuk terus berupaya meringankan beban hidup rakyat, mendorong perputaran roda dan pertumbuhan ekonomi, serta untuk mengantisipasi dampak krisis keuangan global.

3. Pemerintah perlu terus konsisten untuk melanjutkan kebijakan untuk evaluasi harga setiap bulan, dan jika memungkinkan untuk diturunkan kembali, kami berharap dan sekaligus mendukung penurunan harga selanjutnya. Meskipun setiap kali BBM turun ada yang mengkritik dan menyerangnya sebagai kampanye politik, buat saya yang penting adalah apa pendapat rakyat. Jika rakyat senang dan makin ringan bebannya, kritik dan serangan apapun, tidak perlu terlalu dirisaukan. Yang penting bukan penilaian politis dari politisi, tetapi penilaian dari rakyat banyak.

4. Mendesak dan mengingatkan kepada Pertamina dan para pengusaha SPBU untuk dapat menyiapkan pelayanan yang prima kepada rakyat, sehingga kasus kelangkaan stok tidak terjadi lagi. Kelangkaan stok adalah hal yang sangat merugikan rakyat. Pertamina dan pengusaha SPBU mempunyai kesempatan 3 hari untuk mempersiapkan diri menjelang tanggal berlakunya kebijakan. Sangat baik jika Pertamina memperbaiki citranya dengan bekerja keras, dan bahkan lebih keras, sehingga tidak identik dengan kelangkaan, dan sebaliknya dikenal publik sebagai BUMN yang cekatan.

5. Kepada para pihak terkait, khususnya para pengusaha angkutan agar mampu bersikap adil dan proporsional. Penurunan harga BBM harusnya diikuti dengan penurunan tarif angkutan. Dengan demikian, manfaatnya akan makin berganda bagi rakyat. Tidak selayaknya hanya berpikir tentang keuntungan sendiri. Para pengusaha perlu solider dengan rakyat yang membutuhkan angkutan umum dengan tarif yang wajar dan terjangkau. Jika para pengusaha angkutan membandel, sangat disarankan kepada Pemerintah untuk memberikan sanksi serius, misalnya pencabutan ijin. Meskipun negara demokratik, dalam hal-hal tertentu yang menyangkut kepentingan rakyat banyak, Pemerintah boleh memaksakan kebijakan. Rakyat harus dilindungi kepentingannya, sama dengan kepentingan para pengusaha. Jadi, tepa selira menjadi sangat penting.


Salam Demokrat

No comments: