Sunday, March 15, 2009

SBY Masih Cinta JK?

INILAH.COM, Jakarta - Manuver Ketua Umum DPP Golkar Jusuf Kalla beberapa waktu terakhir memancing spekulasi bakal pisah dengan SBY. Namun SBY menegaskan belum memutuskan hubungan dengan JK. Inikah sinyal SBY diam-diam masih menaruh harap dengan JK?

Dalam pertemuan dengan pers di kediaman pribadi di Cikeas, Minggu (15/3) Presiden SBY menepis anggapan yang beredar selama ini, bahwa dirinya dan Partai Demokrat meninggalkan JK. "Tidak tepat dan keliru saya meninggalkan Pak Jusuf Kalla. Saya tidak mengatakan demikian," tegasnya.

Capres dari Partai Demokrat ini menegaskan arah politik ke depan mengalir saja karena semua menunggu peta politik pasca pemilu legislatif. "Mengalir saja ke depan, seperti apa peta politik pasca pemilu legislatif, termasuk pasang memasang capres-cawapres," tandasnya.

Anggapan publik perihal pisahnya SBY-JK dalam koalisi jilid II mengemuka ke permukaan saat Rapimnas Partai Demokrat awal Februari lalu yang tidak menyebutkan siapa pendamping SBY.

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari menilai dengan tidak disebutnya nama Jusuf Kalla sebagai cawapres SBY seperti menegaskan Partai Demokrat tak memakai JK lagi dan Golkar. "Itu sama saja menggantung nasib JK dan Partai Golkar," kata Qodari kala itu, merespon keputusan Rapimnas Partai Demokrat awal bulan lalu.

Selanjutnya bisa ditebak, DPD I Partai Golkar se-Indonesia meminta kesediaan JK untuk menjadi capres dari Partai Golkar. Gayung bersambut, JK siap menjadi capres dari Partai Golkar. Termasuk membuat serangkaian manuver politik dengan melakukan pertemuan politik dengan PKS, PPP, dan PDI Perjuangan.

Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Rully Chairul Azwar menegaskan, dukungan DPD I Golkar terhadap JK adalah realitas politik di internal Golkar. "Keputusan dukungan DPD I Golkar adalah realitas politik. Itu sama sekali bukan indikasi JK meninggalkan SBY," jelasnya Minggu (15/3) malam.

Dengan demikian, sambung Rully, secara prinsip SBY dan JK tidak ada yang meninggalkan dan ditinggalkan, yang terjadi hanyalah realitas politik di internal Golkar. "Itupun masih melalui Rapimnasus pasca pemilu legislatif setelah melalui proses penjaringan capres Golkar," paparnya.

Sementara Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum menegaskan pernyataan SBY tentang cawapresnya adalah bentuk komitmen etis tentang kebersamaan. "Bahwa kerjasama haruslah sejati dan otentik, serta dijalankan dengan komitmen penuh dan sampai tuntas," katanya.

Soal capres/cawapres Partai Demokrat, menurut Anas, SBY menegaskan bahwa capres dan cawapres adalah produk politik pasca pemilu legislatif yang menegaskan pendirian PD dan SBY tentang pilpres. "Pileg (pemilu legislatif) adalah etape pertama yang mesti dilewati, sebelum bicara koalisi pilpres," kata Anas.

Terkait dengan rumor Jusuf Kalla dan Partai Golkar ditinggalkan SBY dan Partai Demokrat, menurut Anas SBY tidak pernah menunjukkan sikap hendak mencari cawapres selain JK. Juga belum pernah menyatakan pasti menggandeng JK kembali.

"Sejatinya SBY menjalankan politik pintu terbuka. Namun, yang ada justru JK makin aktif melakukan gerakan untuk menjauhi PD dan SBY, meskipun juga belum dapat dikatakan meninggalkan," paparnya.

Yang terpenting, lanjut Anas, bagaimana SBY-JK menunaikan tugas dengan tuntas dan khusnul khatimah. "Apakah akan kembali berduet, kita tunggu perputaran roda politik pasca pileg, ketika semua parpol sudah bertemu dengan realitas politik hasil pileg dan angka elektabilitas masing-masing capres," pungkasnya. [E1]

No comments: