Sunday, May 31, 2009

Tafsir Salaman Mega-SBY, Demokrat dan PDIP Berbeda

TEMPO Interaktif, Jakarta: Jabat tangan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan presiden Megawati Soekarnoputri ditafsirkan bergam oleh pendukung masing-masing. Tafsir kubu Partai Demokrat, pengusung SBY sebagai calon presiden, menganggap salaman itu pintu masuk komunikasi keduanya.

"Meski hanya salaman, tetapi peristiwa tadi mempunyai makna simbolik yang mendalam," kata Anas Urbaningrum, salah satu petinggi Demokrat yang juga tim kampanye pasangan SBY-Boediono dalam Pemilu Presiden 8 Juli mendatang.

Mega-SBY hampir lima tahun berseteru. Selama putus komunikasi, berbagai upaya rujuk ditempuh, namun gagal. Begitu renggangnya hubungan keduanya, ketika SBY dilantik menjadi presiden pada 2004, Megawati tidak datang. Terakhir, upaya SBY mendekati Mega dengan mengutus Hatta Rajasa, Menteri Sekretaris Negara. "Kurir" Hatta Rajasa pun gagal mempertemukan keduanya.

Sabtu (30/5) pagi, diluar dugaan, keduanya bersalaman di Kantor Komisi Pemilihan Umum Jalan Imam Bonjol Jakarta. Bahkan keduanya bertatap muka ketika mengikuti undian nomor pencalonan presiden dan wakil presiden. Jabatan tanpa diiringi kata-kata itu berlangsung dua kali.

Salaman pertama SBY yang lebih dulu menghampiri Megawati dan menyorongkan tangannya. Salaman kedua giliran Megawati yang menyalami SBY. "Sejak lima tahun silam, baru tadi terjadi pertemuan dan salaman, meskipun SBY sudah lama berinisiatif," ungkap Anas.

Ia mengatakan, jabat tangan ini akan membuka pintu komunikasi dan silahturahim antara keduanya. Menurut Anas, rakyat berharap kedua tokoh politik tersebut tetap akur dan menjalin komunikasi meski salah satu pihak menjadi oposisi. "Saya kira akan menjadi pintu pembuka bagi komunikasi dan silaturrahim selanjutnya," katanya.


Tafsir berbeda diutarakan Ketua Dewan Pengurus Pusat PDI Perjuangan Firman Jaya Daeli. Menurut dia, prosesi jabat tangan antara Mega-SBY hal yang biasa dan wajar. "Biasa saja bertemu kemudian salam, tidak ada sesuatu yang luar biasa," kata Firman.

Firman menjelaskan, hubungan Megawati selaku Ketua Umum PDI Perjuangan ataupun sebagai mantan presiden dengan SBY tetap terjalin baik. "Tidak ada yang spesial." Kedatangan Mega dan Prabowo ke KPU, kata dia, atas undingan untuk mendapatkan nomor pencalonan presiden dan wakil presiden. "Calon wajib hadir, undang undang mengatakan demikian," kata dia.

Menurut dia, soal jabat tangan tidak perlu dibesar-besarkan. "Yang peting bagi kami persiapan kampanye dan pemenangan pilpres," katanya. "Soal salaman itu diluar subtantif." Ditanya apakah jabat tangan menjadi titik awal mencairnya hubungan Mega-SBY? "Tafsirkan saja sendiri," kata Firman.

Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden telah mendapatkan nomor urut. Pasangan Mega-Prabowo mendapat nomor 1, pasangan SBY-Boediono nomor 2, dan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto nomor 3.

EKO ARI WIBOWO|NININ DAMAYANTI

No comments: