Monday, May 4, 2009

Demokrat Berkoalisi dengan 15 Parpol

JAKARTA (Suara Karya): Deklarasi koalisi Partai Demokrat dengan sejumlah partai diperkirakan dilakukan hari Minggu (10/5), setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil Pemilu Legislatif 2009. Sehari sesudahnya, Partai Demokrat juga akan mengumumkan nama cawapres pendamping Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pernyataan itu disampaikan Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum kepada wartawan di Jakarta, Senin (4/5). Menurut Anas, Partai Demokrat akan berkoalisi dengan lima partai politik yang lolos aturan parliamentary threshold dan 10 parpol gurem yang tidak lolos. "Nama koalisinya besar kemungkinan koalisi parpol mengusung SBY," katanya.

Anas menambahkan, platform koalisi didasarkan pada menjalin kekuatan di lembaga legislatif dan eksekutif. "Boleh saja dibilang koalisi ini koalisi three in one. Yakni, koalisi untuk memenangkan pilpres, koalisi di pemerintahan, dan koalisi untuk mencari dukungan kekuatan di parlemen," katanya.

Dengan demikian, ia membantah koalisi ini dibangun dalam kerangka membendung kekuatan poros Teuku Umar. "Bukan untuk mengantisipasi poros Teuku Umar. Koalisi ini akan mengantarkan pilpres menang, pemerintahan tenang, dan rakyat senang," ungkapnya.

Sementara untuk deklarasi siapa cawapres SBY, Anas Urbaningrum menjelaskan, akan dilakukan satu hari setelah deklarasi koalisi Partai Demokrat dan sejumlah parpol.

Tentang cawapres yang akan menjadi pendamping SBY, sumber Suara Karya menyebutkan bahwa Hatta Rajasa yang diusulkan Partai Amanat Nasional (PAN) merupakan salah satu calon kuat, di samping Hidayat Nur Wahid (PKS). Selain itu, SBY juga masih mengantongi beberapa nama lainnya. Sumber itu juga membantah bahwa Hatta Rajasa menolak diusulkan jadi cawapres untuk mendampingi SBY.

Di tempat terpisah, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung menjelaskan, PDIP akan mengumumkan siapa capres dan cawapresnya dalam satu-dua hari ini. "Tunggu saja, akan kita umumkan dalam waktu dekat," tuturnya.

Pramono menambahkan, kemungkinan masih terbuka siapa saja untuk menjadi capres dan cawapres PDIP. "Kami tetap menjalin komunikasi lebih intensif untuk kepentingan yang lebih besar," katanya.

Menurut dia, kewenangan untuk memutuskan siapa capres dan cawapres diberikan kepada Megawati. "Mengenai siapa-siapanya nanti, akan ditentukan oleh Ibu Mega," katanya.

Pramono juga mengatakan bahwa pada Selasa (5/5) akan ada pertemuan antarsekjen partai yang akan berkoalisi dengan agenda menyamakan persepsi. "Intinya, akan ada langkah kejutan," katanya.

Mengenai pilpres, Pramono yakin bahwa pelaksanaannya akan berbeda dibandingkan dengan pemilihan umum anggota legislatif. Dalam pilpres, katanya, semua instrumen partai akan bekerja all out dan hal itu pula yang menjadi keyakinan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto untuk maju dalam bursa pilpres mendatang.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP Tjahyo Kumolo menegaskan, PDIP hanya mengusung Megawati Soekarnoputeri sebagai calon presiden. Kepastian ini telah ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PDIP sekaligus memberi mandat kepada Megawati mencari calon wakil presiden (cawapres).

"Hanya Ibu (Megawati--Red) satu-satunya yang akan diusung. Tidak ada rencana lain di luar ketetapan rakernas," katanya.

Sebelumnya berembus kabar bahwa partai berlambang kepala banteng moncong putih itu akan mendukung capres alternatif yang diusung Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Selanjutnya PDIP akan menyodorkan putri Megawati, Puan Maharani, sebagai cawapres.

"Saya juga mendengar kabar dan wacana itu. Namun, yang pasti, wacana itu bukan datang dari PDIP. Sampai saat ini PDIP belum pernah membahas maupun mewacanakan untuk mengambil kandidat selain Megawati, apalagi dari luar PDIP. Belum pernah itu, dari mana berita itu?" tanya Tjahyo

Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadlizon menyayangkan pihak-pihak yang telah menyebarkan kabar tidak benar dan berusaha memecah-belah harmonisasi Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo dengan PDIP-Megawati.

"Komunikasi yang sudah terbangun belum pernah membahas capres. Jadi, kalau ada informasi seperti itu, perlu dipertanyakan apa maksudnya. Saya belum tahu," ujar Fadli Zon.

Mengusung Prabowo sebagai capres, kata Fadli Zon, wacana kuat Gerindra baik sejak awal sebelum pelaksanaan pemilu legislatif maupun menjelang pemilu presiden. Tinggal sekarang upaya Gerindra mencari teman koalisi agar pengusungan Prabowo memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang Pemilihan Presiden.

"Pilihan rakyat pada pilpres bukan berdasarkan partai politik, melainkan karena kekuatan figur atas ketokohannya. Kami masih yakin, Prabowo memenangkan pemilu presiden meskipun secara realistis perolehan suara partai kami jauh berada di bawah persyaratan pilpres," katanya.

Tjahyo meluruskan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati telah diberi mandat menjalin komunikasi politik dengan pihak-pihak ataupun partai politik yang bersedia diajak kerja sama dan menentukan arah koalisi baik di parlemen dan pemilu presiden.

"Salah satu mandat yang telah direalisasikan seperti pembentukan koalisi besar sebagai langkah koordinasi dengan partai-partai politik. Koalisi itu bertujuan untuk menguatkan kerja sama antarpartai di lembaga legislatif," katanya.

Sementara itu, capres yang diusung Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), telah menyimpan satu nama cawapres yang akan mendampinginya pada Pemilu Presiden 8 Juli 2009 mendatang.

"Pengumuman siapa orangnya pada saatnya akan diumumkan langsung oleh SBY," kata Ketua DPP Partai Demokrat Bidang Kelautan, Herman Chaeroen.

Herman mengatakan, pemilihan cawapres merupakan hak penuh SBY. Sejak awal pun telah dimandatkan dalam Rapat Pimpinan Nasional Partai Demokrat sekaligus menjalin komunikasi dengan partai politik lain.

Menanggapi apakah nama calon yang telah dikantongi SBY masih dari kelompok koalisi Demokrat, yakni dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) atau dari Partai Amanat Nasional, Herman mengatakan, "SBY telah melakukan pertimbangan yang mendalam yang dianggap bisa memperkuat koalisi dan basis di parlemen. Jadi tunggu saja siapa dia." (Feber Sianturi)

No comments: