(seputar-indonesia.com) JAKARTA(SI) – Kemungkinan koalisi PDIP dengan Partai Demokrat terbuka.Setelah Megawati Soekarnoputri dan Hatta Rajasa bertemu,Sekretaris Jenderal DPP PDIP Pramono Anung menyatakan akan kedatangan tamu dari Istana hari ini.
“Besok (hari ini) ke sini saja, akan ada banyak tamu. Tamunya dari Istana,”kata Pramono seusai rapat pleno DPP PDIP di kediaman Megawati, JalanTeuku Umar,Jakarta, kemarin.Pramono tidak menyebut siapa saja tamu dari Istana itu. Babak baru negosiasi koalisi Partai Demokrat dan PDIP itu terjadi menyusul buntunya rencana duet Megawati dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Masing-masing pihak tetap bertahan pada opsi untuk menjadi calon presiden (capres). Rapat pleno DPP PDIP kemarin pun memutuskan tetap mengusung Megawati sebagai capres, tetapi belum ada nama pendampingnya sebagai cawapres. Jika tetap mengusung Megawati tanpa koalisi, PDIP akan kesulitan memenuhi persyaratan pengajuan capres,yaitu 25% perolehan suara nasional atau 20% jumlah kursi di parlemen.
Perolehan suara PDIP diperkirakan berkisar pada 14% dan perolehan kursi parlemen sekitar 105, kurang dari 115 kursi sebagai syarat minimal. Pada situasi ini, Hatta Rajasa, kandidat kuat cawapres untuk mendampingi capres Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), disebut-sebut menyampaikan tawaran baru kepada PDIP.
Soal apa isi tawaran itu Hatta enggan terbuka kepada pers. Menurut Hatta, komunikasi politik yang dibicarakan dengan Megawati adalah menyangkut politik ke depan yang lebih makro. “Kalau kita memimpikan tokoh- tokoh itu bersama ke depan memanfaatkan momentum yang baik ini untuk memajukan bangsa kan boleh? Itu komunikasi politik,” ujar Hatta ketika ditanya mengenai pertemuannya dengan Megawati,Rabu,(6/5).
Sumber Seputar Indonesia di Partai Demokrat menyebutkan, koalisi yang ditawarkan Partai Demokrat ke PDIP berupa koalisi di pemerintahan setelah Pemilu Presiden (Pilpres) 2009. Kedua pihak akan tetap mempersilakan mengusung capres masing-masing. Jika capres SBY menang,Demokrat menawarkan PDIP untuk mendudukkan kader-kadernya di berbagai posisi di pemerintahan.
Demokrat mendekati PDIP bukan tanpa alasan. Sejauh ini mitra koalisi Demokrat mayoritas berasal dari partai berbasis Islam. Demokrat masih membutuhkan mitra koalisi dari kalangan partai nasionalis. Untuk bermitra dengan Partai Golkar, Demokrat terkendala sikap Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla yang sudah mendeklarasikan diri sebagai capres dengan pendamping Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto.“
Yang realistis dari perkembangan terkini adalah dengan PDIP,”kata sumber itu. Ketua DPP Demokrat Anas Urbaningrum mengakui bahwa ada komunikasi antara partainya dan PDIP.“Bahwa sedang ada komunikasi antara Demokrat dan PDIP adalah benar adanya.Yang jelas Demokrat mendukung bila ada pertemuan antara Pak SBY dan Ibu Mega, pasti banyak faedahnya,” kata Anas pada Seputar Indonesia.
Anas menganggap wajar jika ada komunikasi antara Demokrat dan PDIP.Menurut dia,Demokrat menjalankan kebijakan pintu terbuka. Meski lima tahun ini hubungan Demokrat-PDIP penuh gejolak, tapi komunikasi antartokohnya tidak pernah terputus.Demokrat tidak memosisikan PDIP sebagai musuh,tetapi mitra tanding untuk pembangunan demokrasi yang lebih baik.
Anas enggan mengungkap apa yang menjadi materi pokok dan target komunikasi politik yang sedang berjalan. Bagi dia, politik selalu menyediakan ruang akan berbagai kemungkinan. Dalam politik, segala kemungkinan bisa terjadi.
“Kita tunggu saja apa hasilnya, yang jelas membuka komunikasi jauh lebih bermakna positif daripada putus komunikasi,” ujarnya. Ruhut Sitompul,anggota Tim 9 Demokrat yang lain,mengatakan, koalisi dengan PDIP akan membuat sebuah pemerintahan yang kuat dan efektif serta mendapat dukungan mayoritas di DPR.
Rapat Pleno PDIP
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Pramono Anung mengatakan, PDIP tidak hanya berkomunikasi dengan Partai Gerindra dalam upaya menjalin koalisi. Komunikasi juga dilakukan dengan partai lain. “Jadi partai lain masih memiliki kesempatan,” kata Pramono saat konferensi pers seusai rapat pleno DPP PDIP kemarin.
Sayang Pramono enggan menyebutkan partai mana yang dia maksud. Namun, opini yang berkembang di Jalan Teuku Umar, PDIP siap melakukan kerja sama dengan siapa pun yang kelak menjadi pemenang pilpres. Hal itu juga dikuatkan pernyataan Pramono bahwa PDIP lebih mengedepankan kepentingan bangsa yang lebih besar, yakni membangun Indonesia ke depan lebih baik daripada hanya masalah capres-cawapres.
Ketika ditanya apakah yang dimaksud adalah PDIP siap bekerja sama dengan pemenang pilpres,Pramono hanya tersenyum. Informasi yang dihimpun Seputar Indonesia, awalnya Megawati sudah siap mundur sebagai capres. Namun, jika hal itu yang dilakukan pasti akan membuat kecewa kader PDIP. Karena itu, Rapat DPP kemarin menegaskan bahwa Megawati tetap sebagai capres.
Di sisi lain, PDIP juga siap jika nantinya tidak bisa mengajukan capres karena tidak memenuhi persyaratan pengajuan capres sebagaimana diatur undangundang. Sejauh ini negosiasi PDIP dengan Gerindra memang belum menemui titik terang. Atas dasar itu PDIP berasumsi, jika pun Megawati tidak maju ke pilpres tentulah karena kurang persyaratan kursi, bukan karena memberikan posisi capres kepada Prabowo.
Indikasi lain yang menguatkan PDIP lebih memilih untuk bekerja sama dengan pemenang pilpres terlihat dari keputusan rapat DPP PDIP yang dengan tegas menyatakan tidak ada opsi mencalonkan capres selain Megawati. Hal itu sekaligus juga menutup harapan Prabowo menjadi capres dari PDIP.
“Kalau sekarang ini berkembang PDIP mempunyai alternatif, maka kami tegaskan, tidak ada skenario apa pun kecuali PDIP akan berjuang secara maksimal untuk tetap mencalonkan Ibu Megawati sebagai satu-satunya calon dan tak ada hal lain,” ungkap Pramono. Informasi yang berkembang kemarin, akan ada pertemuan wakil PDIP, yaitu Taufik Kiemas dan Pramono Anung,dengan SBY untuk membahas kerja sama politik. Namun, Pramono buru-buru mengelak.
“Tidak ada rencana ke Cikeas (kediaman pribadi SBY). Kalau saya melangkah, apa pun, pasti berdasarkan keputusan Ibu Mega,”kata Pramono. Anggota Deperpu PDIP Sabam Sirait menyatakan, upaya koalisi antara PDIP dan Gerindra memang sudah deadlock. Kedua partai bersikukuh mengusung capres masing-masing.
“Bagaimana lagi,semuanya mau jadi capres?” ujarnya. Bahkan Sabam juga menyatakan PDIP siap tidak mengikuti pilpres jika pada akhirnya tidak bisa mengajukan capres. “Kami siap ikut pilpres, kita juga siap tidak ikut,”ujarnya. Direktur Pro Mega Centre Mochtar Mohamad menegaskan, semua kader hanya menginginkan Megawati sebagai capres.Karena itu, lebih baik PDIP tidak mengikuti pilpres jika harus mengusung capres lain.
“Mega atau tidak sama sekali.Kalau tidak Mega, kami juga lebih baik tidak ikut pilpres,” kata Mochtar yang juga Wali Kota Bekasi itu. Rencana koalisi PDIP dengan Partai Demokrat dinilai oleh Ketua DPP Partai Golkar Burhanuddin Napitupulu sebagai tidak bisa diterima secara etika politik.
Pasalnya, PDIP bersama Golkar,Partai Gerindra, dan Partai Hanura sudah bersepakat mengusung koalisi besar. “Apalagi selama ini PDIP adalah pihak oposisi. Jadi dalam hal etika kurang, jika memang sampai terjadi koalisi,” ujar Burhanuddin di Jakarta kemarin. (rarasati syarief/ helmi firdaus/ rahmat sahid/ rd kandi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment