Thursday, May 7, 2009

Partai Demokrat-PDIP Merapat

(hupelita.com) Partai Demokrat-PDIP Merapat Jakarta, Pelita Dua partai yang selama ini berseberangan yaitu Partai Demokrat dan PDI Perjuangan semakin merapat satu sama lain. Kedua pihak disebut-sebut sudah mencapai kata mufakat dalam menyikapi pemerintahan mendatang.

Kesepahaman kedua pihak diakui sejumlah petinggi Partai Demokrat dan PDIP, meskipun hingga kemarin, masih belum jelas benar bagaimana bentuk kesepakatan kedua partai.

Partai Demokrat sejak awal tak pernah bergeser dari posisinya yang membuka diri terhadap semua partai. Kalau ada komunikasi politik kami dengan PDIP itu benar dan baik daripada putus komunikasi, kata Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

Anas menyebut, Partai Demokrat tidak pernah memposisikan PDIP sebagai musuh, justru sebagai sparing partner untuk pembangunan demokrat. Menurut Anas, platform kedua partai juga tidak berbeda, sehingga bisa ketemu. Bahwa selama ini kedua partai sepertinya bertolakbelakang itu lebih karena posisi Demokrat yang memang harus membela pemerintah sedangkan PDIP bertindak sebagai oposisi.
Ketika ditanyakan apakah benar sudah ada pembicaraan mengenai siapa yang akan menjadi Cawapres dan jumlah kursi menteri yang ditawarkan Demokrat kepada PDIP, Anas membantahnya. Belum sampai ke sana, kata Anas yang berharap bahwa kedua petinggi partai (SBY dan Megawati) bisa segera bertemu dalam waktu dekat ini.

Sebuah sumber Pelita menyebut antara PDIP dan Partai Demokrat sudah ada kesepahaman mengenai rencana koalisi keduanya dan pertemuan antara Yudhoyono dan Megawati sesegera mungkin.

Megawati sudah menyatakan bersedia untuk bertemu dengan Yudhoyono, asalkan Yudhoyono mau datang ke kediamannya di Kebagusan, Jakarta Selatan, kata sumber itu seraya menambahkan bahwa dalam koalisi itu Megawati akan menjadi Ibu Bangsa. Harapan pertemuan keduanya juga disampaikan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Syarif Hasan. Alhamdulilah kalau Ibu Mega mau ketemu SBY, dari dulu kan pengen ketemu hanya waktunya belum bisa. Pemimpin kan harus bersatu padu, katanya.

Menurut Syarif, sekalipun PDIP adalah partai oposisi namun bisa saja menjadi teman koalisi dalam pemerintahan lima tahun mendatang. Hal itu disebabkan kedua partai memiliki arah kebijakan yang tidak jauh berbeda.
Kita kan belum pasti oposisi, semua bisa terjadi seperti itu, bisa saja kami berkoalisi dengan PDIP, platform kami kan sama, ujar Syarif.

Bagi Syarif, dalam politik tidak ada kawan abadi dan lawan abadi. Karena kepentingan dalam politik itu selalu menjadi menu utama. Tidak ada istilah kawan tidak ada istilah lawan, imbuhnya.

Ketua DPP PDIP Firman Jaya Daeli juga membenarkan sudah ada komunikasi antara kedua partai, dan menurutnya hal itu adalah wajar, dan secara prinsipil tidak masalah. Hanya saja dikatakan Firman, dalam Rakernas PDIP diputuskan bahwa Megawati adalah calon presiden PDIP.

Pernyataan ini memunculkan dugaan bahwa kerjasama antara PDIP dan Demokrat tidak akan menjadikan Megawati sebagai Cawapres bagi Yudhoyono, karena hal itu dinilai tidak mungkin karena Megawati adalah mantan presiden. Sumber Pelita menyebut, kemungkinan PDIP akan membolehkan Yudhoyono mengambil Cawapres dari usulan PDIP atau kader PDIP.

Secara terpisah, Sekjen DPP PDIP Pramono Anung yang ditemui usai rapat internal DPP PDIP di kediaman Megawati Jl Teuku Umar mengakui bahwa Megawati pada Jumat (8/5) hari ini akan menerima banyak tamu dari Istana.
Besok (hari ini-Red) ada banyak tamu, ujar Pramono. Tamunya dari mana? Tamunya dari Istana.. kan banyak, jawab Pram makin menambah penasaran wartawan. Usai pertemuan, Pramono didampingi sejumlah pengurus DPP PDIP menggelar konferensi pers.

Didesak lebih lanjut, Pram menolak menjelaskan siapa tamu dari Istana yang dimaksudnya. Ya tamunya dari Istana kan banyak. Istana Yogya atau Istana Merdeka, ujar Pram dengan tertawa.
Berbeda dari biasanya, dalam jumpa pers usai rapat di kediaman Megawati itu, DPP PDIP mulai menampilkan Puan Maharani di deretan terdepan jajaran pengurus DPP yang menyampaikan jumpa pers. Megawati dan suaminya, Taufiq Kiemas, justru tidak terlihat dalam jumpa pers itu.

Mengenai rencana koalisi PDIP dengan Gerindra pasca rencana koalisi PDIP dengan Demokrat itu, anggota Dewan Pembina Pusat PDIP Sabam Sirait mengatakan komunikasi kedua partai masih berjalan, namun diakuinya sulit sebab Prabowo Subianto tetap bersikeras untuk menjadi Capres.

Ya gimana? Semuanya mau jadi Capres, kata Sabam.
Secara implisit politisi senior ini menyatakan baik PDIP dan Gerindra tidak menemui kata sepakat mengenai posisi Capres-Cawapres yang merupakan wujud koalisi yang hendak dibangun. Maka langkah realisitis yang bisa ditempuh adalah tidak saling memaksakan kehendak satu sama lain.

Dia (Prabowo) kan punya pendirian. Kita hargai tekadnya, sambung mantan Sekjen PDIP itu.
Dalam pertemuan yang digelar Gerakan Jalan Lurus (GJL) di Bimasena, Jl Dharmawangsa Raya, Jakarta, kemarin, pengamat CSIS J Kristiadi juga mengatakan kemungkinan Megawati akan menjadi Ibu Bangsa menyusul kemungkinan koalisi PDIP-Demokrat.

Saya sudah mendengar kabar bahwa sudah ada deal Yudhoyono dengan Megawati, katanya.
Namun Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri, yang juga hadir dalam pertemuan GJL itu meragukan apakah betul Megawati mau bertemu dengan Yudhoyono. Saya ragu, katanya. Ada masalah yang sifatnya fundamental misalnya soal upaya mengembalikan nilai-nilai keindonesiaan. (jon)

No comments: