Thursday, July 16, 2009

Anas: SBY Bebas Pilih Menteri

(matanews.com) SBY berkomitmen kabinet mendatang lebih baik dan produktif dari kabinet sekarang. Periode kedua SBY sebagai presiden mempunyai cita-cita mencatat sejarah indah bagi SBY sendiri maupun perjalanan republik ini.

“Cara berpikir SBY dalam memilih wapres Boediono juga akan tercermin ketika membentuk formasi kabinet. Bisa disebut kabinet nanti tampil sebagai kabinet kerja bukan kabinet politik. Kabinet kerja yang mempunyai soliditas internal, loyalitas, kecakapan dan ketrampilan men-deliver program-program pemerintahan,” kata Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam dalam diskusi di Gedung DPR, Kamis (16/7).

Menurut Ketua DPP PD bidang politik ini, nantinya SBY sebagai presiden terpilih bisa mengambil calon menteri dari mana pun. Secara etika partai pendukung koalisi akan dihormati, tapi tidak ada halangan mengambil kader yang profesional dari partai diluar koalisi.

“Namun hal itu tidak bisa dilakukan sepihak harus juga melihat sikap dan pendirian Partai Golkar. Bukan dalam konteks menambah atau mengurangi jatah mitra koalisi tapi bagaimana kabinet bekerja lebih baik pada periode ke dua,” ujar Anas.

Ditambahkannya, ekspektasi politik dari masyarakat kepada SBY lebih besar dalam pemilu sekarang daripada pemilu lalu. Jadi, SBY membutuhkan kabinet yang mampu men-deliver janji dan visi misi yang lebih baik. “Jadi kebutuhan membangun pemerintahan yang kuat lebih tinggi daripada membangun koalisi yang kuat supaya tidak mengganggu pemerintah,” tambah Anas.

Sementara Ketua DPP PAN Totok Daryanto menyangkut wacana susunan kabinet yang paling tahu hanya presiden terpilih. PAN tidak akan sampaikan berapa dan siapa orang yang diajukan. “Namun koalisi di kabinet dan di parlemen seharusnya sejalan. Koalisi juga tidak akan memandulkan fraksi-fraksi,” ujar Totok.

Ketua DPP Partai Golkar(PG) Priyo Budisantoso mengatakan terlalu pagi menilai PG akan masuk atau tidak ke pemerintahan karena saat ini sedang dalam menghadapi penentuan masa depannya.

“Ada dua mahzab di PG yang cepat atau lambat akan bertarung secara terbuka. Mahzab pertama memilih oposan dan yang kedua bergabung ke pemerintahan,” tutur Priyo.

Namun secara pribadi Priyo menyebut meski kemarin bertarung di pilpres, PG tidak punya penghalang psikologis unyuk duduk dalam satu meja dengan PD.

“Menurut saya, terhadap dua kutub ini, bersama-sama di pemerintahan adalah hal masuk akal dan nyaman di sana. Kami lebih dalam posisi menunggu manakala ada keinginan SBY apakah PG dibutuhkan atau tidak,” tambahnya. (*MO)

No comments: